NEO LIBERALISME DAN NEO GLOBALIZATION
Oleh: Nanda Ramadana. Rahman
Liberalisme merupakan sebuah faham
yang di anut dalam suatu negara yang berlandaskan pada kepentingan
Kapitalisme,Feodalisme,dan Monopolisme yang selalu berpetualang mencari mangsa
di negara berkembang. Sebutan negara berkembang seperti sebuah harapan bagi
para negara yang menganut sistem Liberalisme tapi tanpa di sadarai,sebutan
negara berkembang hanyalah sebuah propaganda,negara-negara Liberalisme ini
justru akan menjadi negara terbelakang karena sumber dayanya di kuras habis.
Jadi faham Liberalisme memberikan kebebasan baik kepada para individu ataupun
perusahaan untu menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya tanpa memperdulikan nasib
rakyatnya yang sedang melarat,berlandasakn kapitalisme,feodalisme,dan
monopolisme berbagai kebebasan di sektor
ekonomi,politik dan budaya mengalir begitu saja sehingga tidak adanya kontrol
terhadap masuk keluarnya budaya asing serta pada sektor ekonomi berbagai
investasi berhak berlalu lintas dengan begitu bebasnya sehingga sumber daya
pada negara terbelakangpun bisa di kuras habis demi kepentingan pribadi kaya
semain kaya dan miskin semakin miskin. Penerapan Liberalisme disebut “Liberalisasi” dengan menggunakan rumus
kerjasama antara para Korporatoraksi dari negara maju dan Pemerintah Amerika
serikat dengan pemerintah negara berkembang serta mendapat sokongan dana dari
WB dan IMF dan yang bertugas menjalkan operasi ini adalah CIA. Kerja sama
seperti ini akan membuat para petinggi-petinggi pemerintahan dan korporatoraksi
menjadi semakin kaya dengan tumpukan harta yanng tak bisa terhitung lagi tanpa
memperdulikan nasib rakyat yang di landa kemiskinan dan ketimpangan dari
berbagai sektor sosial.
Liberalisme sebenarnya bukan sebuah
hal yang baru, liberalisme telah di terapkan pada zaman kerajaan Inggris abad
ke-19 dengan landasan yang sama pula yaitu Kapitalisme, Feodalisme, dan
Monopolisme, tetapi pada waktu itu orang-orang yang berhak menjadi kaum
kapitalisme dan feodalisme hanyalah keluarga kerajaan dan para bangsawan
sedangkan masyarakat tetap menjadi budak dan hidup dalam kesengsaraan. Barulah
pada abad ke-20 Liberalisme muali merambah ke kehidupan masyarakat tetapi baru
sebatas mereka yang dekat dengan keluarga kerajaan. Melihat kondisi yang penuh
dengan kesengsaraan dan penderitaan akhirnya mereka kemudian melakukan imigrasi
ke Benua Australia dan Benua Amerika yang saat itu di huni suku Aborigin dan
Suku India. Para imigran dari Eropa Barat ini melakukan perjalanan dengan
membawa persenjataan yang bersifat modern. Akhrinya ketika menginjakan kaki di
Benua Australia dan Benua Amerika mereka berhasil mengusir dan mengasingkan
Suku Aborigin dan Suku Amerika dengan menggunakan senjata yang bersifat modern
sedangkan senjata yang di pakai kaum asli ke dua benua ini hanya bersifat
tradisional. Setelah penduduk asli ke dua benua tersebut tersingkirkan tanah
yang begitu luas sampai membentang ke Kanada inipun mengalami kekosongan,tanah
inilah yang kemudian di tempati kelompok imigran dari Eropa Barat tersebut dan
dari ke dua benua inilah Liberalisme semakin mengaung.
Benua Australia dan Benua Amerika
merupakan penerapan Liberalisme yang bersifat adil karena mampu menyentuh
sampai ke semua lapisan masyarakat. Para imigran yang berdatangan ini kemudian
membangun sebuah sistem pemerintahan di atas ke dua benua tersebut dengan
menggunakan sistem Yunani Kuno yang di kenal dengan Demokrasi,tetapi Demokrasi
yang di bentuk adalah Demokrasi Liberal,sebuah Demokrasi yang paling banyak di
gunakan oleh negara-negara berkembang ataupun negara yang berada di bawah
arahan Amerika Serikat. Demokrasi Liberal yang di terapkan pertama kali di
kedua benua tersebut adalah semuanya mendapatkan Hak yang sama,mengelolah tanah
sesuka hati mereka,dan bagi para kaum yang datang sesudah para imigran dari
Eropa Barat ini maka mereka harus menyesuaikan dengan sistem yang telah
ada,jika mereka tidak mampu bertahanan maka pintu untuk pergi terbuka lebar.
Maka siapa yang lebih cerdas mengelola tanah maka diakan menjadi kapitalis
terlebih dahulu,hal ini juga telah membuktikan bahwa pertarungan Intelektualpun
telah berlaku sejak lama. Melihat kemajuan peradaban ini,Kerajaan Inggrispun
mengirim pasukan untu menguasainya sehingga sempat terjadi pertempurann pada
tahun 1776-1779 dan hasilnya Inggris mengalami kekalahan. Sejak saat itu dan
sampai saat ini Demokrasi Liberal terus bertransformasi. Itulah kenapa Amerika
selalu mengaung bahwa Demokrasi yang mereka terapakan adalah Demokrasi yang
paling benar,tetapi sadar atau tidaknya Demokrasi itu sudah melampaui batas.
Saat ini Liberalisme sudah menjamur
keberbagai negara dan salah satu negara yang menganut sisterm Liberal adalah
Indonesia,tetapi secara kasat mata sistem liberalisme yang bertentangan dengan
budaya Indonesia seperti gotong royong dll hal ini yang menyebabkan Presiden
Ir.Soekarno sangat melarang sistem Liberalisme memasuki Indonesia karena akan
menjadi penghancur di sektor sosial,ekonomi dan politik. Sistem Liberalisme
seharusnya di terapkan kepada negar yang berlandaskan sejarah Liberal pula
seperti Inggris,Amerika,Australia dan Kanada bukan menjamurkanya sampai ke
negara-negara Asia. Kondisi Negara Indonesia hari ini bisa menjadi suatu bukti
bahwa Liberalisme itu masuk dan menghancurkan dari dalam. Budaya gotong royong
sekarang sudah meuju kepunahan,budaya baru yang masuk keluar tanpa terkontrol
meberi dampak negatif yang tidak sedikit bagi generasi hari ini serta di sektor
Ekonomi berbagai investor-investor asing seperti keluar masuk membawa
keuntungan yang tidak sedikit serta berbagai perusahan-perushan di bawa naungan
Korporatoraksi yang begitu leluasa menarik sumber daya Indonesia tanpa
membaginya secara merata ke negara Indonesia serta berbagai kebijaka negara
yang di kontrol langsung oleh Pemerintah Amerika Serikat agar sejalan dengan
kepentingan mereka,bangunan-bangunan megah di bangun untuk mengasingkan
penduduk asli daerah setempat,mematikan usaha-usaha kecil rakyat dan mengontrol
setiap gerakan mahasiswa hari ini belum lagi hutan negara ke luar negeri yang
semakin menumpuk. Liberalisme memang membantai tanpa ampun meski rakyat
Indonesia saat ini di landa kemiskinan dan kehidupan yang melarat tetapi apa
jadinya kebijakan tetap menindas mereka hari demi hari.
Bukan hanya Indonesia,negara-negara
Timur Tengah sepertii Saudi Arabia, Kuwait,Iran juga pernah merasakan keganasan
Liberalisme dan para kaki tangannya yaitu kaum-kaum kapitalisme. Sedangkan
Demokrasi yang di agung-agungkan oleh Amerika Serikat ternayat sudah meleampau
batas. Mari kita sedikit menengok Demokrasinya Paman Sam. Demokrasi di Amerika
sudah melewati ajaran Agama seperti di perbolehkan kaum gay membangun kaumnya
tersendiri dan melakukan perkawinan sesama jenis,sedangkan Tuhan sangat
melarang keras soal hal ini karena kita sudah di ciptakan berpasang-pasangan,
senjata di pergunakan dan perjual belikan secara bebas,free sex,dll. Semua hal
ini buka mencerminkan sebuah Demokrasi,tetapi tak lebih dari rekayasa Demokrasi
yang menuju sebuah kehidupan yang kacau balau. Demokrasi yang di terapkan di
Tanah Ibu Pertiwi saat ini sedang menuju ke hal yang serupan dengan Amerika
Serikat karena Demokrasi yang kita anut saat ini yaitu jiplakan Demokrasi
Liberal Amerika yang sama sekali tidak memperdulikan kesengsaraan rakyat
sedangkan sudah sangat jelas bahwa landasan Demokrasi adalah Rakyat,dari rakyat,oleh
rakyat dan untuk rakyat tetapi apa jadi saat ini rakyat melarat tetapii tak di
perhentikan dan kebebasan semakin melanglangbuana dengan masuk dan keluar
begitu saja tanpa etika dan sopan santun…
Selain itu juga yang perlu di ketahui
bahwa kebanyakan Presiden dari negara-negara terbelakang selalu menerima
penerapan Globalisasi dan Liberalisme dalam negaranya tanpa memperdulikan nasib
rakyatnya. Berbagai bujuk rayu yang di lakukan oleh para Korporatoraksi dan FTO
dengan menjamin bahwa mereka akan menjadi orang-orang yang memiliki kekyaan
terbanyak di dunia serta dana peminjaman ke WB untuk belanja negara bisa di
korupsi sebesar 30% tanpa sepengatahuan rakyatnya. Selain itu juga orang-orang
yang pernah menjalani studi di berbagai Universitas Amerika Serikat,otaknya
telah di cuci dengan penerapan Liberalisme dan bahkan mereka samapi—sampai
menggangap kepentingan Amerika lebih penting di banding kesejahteraan tanah
leluhurnya. Seperti pada masa pemerintahan Presiden SBY di Indonesia,ketika dia
berkunjung ke USA beliau pernah mengatakan bahwa “Saya mencintai Amerika Serikat dengan segala kesalahanya dan Amerika
bagaikan negara ke dua saya” hal ini jellas membuktikan bahwa Presiden SBY
adalah seorang penganut paham Liberalisme tulen, berbagai kebijakan seperti
ingin membuat lembaga Jakarta Consesus yang sama dengan Wasinghton Conesus yang
bertugas menjalan praktek Globalisasi dan pembuatan UU NO.25/2007 Tentang
penanaman modal, dimana modal asing dan modal dalam negeri di perlakukan
bersama dan masih banyak lagi.
Selain membujuk dan menyogok para
pemegang kekuasaan tertinggi dengan dana yang menggiurkan yang hampir tak bisa
di tolak, para korporatoraksi dan IFO ini juga melakukan penyuapan terbesar
kepada militer agar mereka menjaga keamanan perusahaan-perusahaan mereka yang
di operasikan di negara-negara terbelakang dan ketika terjadi perlawanan dari
masyarakat setempat maka militer akan turun untuk melindungi dan mengawal
setiap kebijakan para investor asing ini. Seperti yang di beriatakan oleh The New York Times , bahwa perusahaan PT
Freeport McMoran Copper and Gold membayar US$ 20 juta untuk para petinggi
komandan dan unit militer sebagai imbalan perlindungan terhadap berbagai
fasilitasnya di Indonesia selama 7 tahun terakhir. Selain itu juga para
korporatoraksi ini menjalin hubungan dengan berbagai LSM-LSM dan mahasiswa yang
masih lemah imanya dengan berbagai bujuk rayu menggunakan wanita. Bagi mereka
yang pro akan Globalisasi maka akan di berikaan berbagai fasilitas dan kekayaan
yang berlimpah tetapi mereka tak pernah memperdulikan kesejahteraan tanah
leluhurnya. Bahkan perusahan-perusahan yang bergerak di bidang minyak dan gas
bumi tida pernah membayar pajak sejak perusaahn ini mulai beroperasi dan hal
ini merupakan suatu unsur kesengajaan. Selain itu bentuk pembangunan di
negara-negara terbelakang penganut faham Liberalisme selalu bersifat
megah,seperti pembangunan hotel yang megah,gedung-gedung pencakar
langit,jalan-jalan layang sehingga hal ini bisa menjadi suatu alasan untuk
melakukan peminjaman dalam jumlah besar kepada Internasional Financing
Organization (IFO) dan poin penting yang harus di cermati adalah semua bentuk
pembangungan ini hanya di nikmati oleh para kaum-kaum elit sedangkan rakyat
miskin hidupnya semakin menderita dan menderita karena berbagai pembangunan ini
juga memakan lahan-lahan persawahan milik
rakyat tanpa ampun dengan bentuk ganti rugi yang sangat merugikan pula
bagi rakyat-rakyat miskin ini tapi apalah daya mereka tak pernah mampu melawan
sebab berbagai tindakan ini di jaga ketat oleh para militer dan kepolisian
setempat dan untuk menjaga agar setiap bentuk kepentingan para Korporatoraksi
ini berjalan lancar maka orang-orang yang pernah berstudi dii USA akan di
jadikan sebaga agen-agen pengawal kebijakan dan kepentingan ekonomi agar tetap
berjalan sesuai kepentingan mereka.
Tetapi bukan berarti tidak ada
Presiden yang berusaha menentang penerapan Liberalisme dan Globalisasi dinegara
mereka, banyak yan melawan tetapi mereka yang melawan selalu berakhir dengan
kematian atau di jatuhan, sangat tragis. Seperti yang di alami Presiden
Soekarno di Indonesia,Jaocobo Abens Guatamela, Abdul Qasim Qarim dari Irak yang
di bunuh lewat operasi gabungan CIA DAN M16 (Intelejan Inggris) karena menuntut
pembagian hasil minyak Irak dari perusaahn asing dan kalau tidak akan
dinasionalisasi, Perdana Menteri (PM) Republik Secychelles France Albert Rene
dengan menunduhnya sebagi boneka Uni Sovyet, bentuk pembunuhan Rene di lakukan
oleh CIA dengan menyewa 40 pembunuh bayaran yang menyamar sebagai suatu badan amal dengan bermain rugby dan
membawakan mainan natak untuk para anak-anak di Secyhelles dengan di bantu oleh
polisi setempat yang telah mempersiapkan senjata mereka kemudia berpencar
tetapi operasi ini akhirnya gagal akibat keteledoran seorang pembunuh bayaran
karena ketahuan membawa senjata di bandar udara Mahe, sehingga dicegah oleh
tentara Tanzania yang dimintai bantuan-nya menjaga Secychelles, Presiden Irak
Sadam Hussein yang berhasil di tangkap kemudian di adili dan di hukum mati karena menolak membuat kesepakatan seperti SAMA dengan Arab-S yang ujung-unjungya
pastilah mengenai urusan pengelolaan dan penarikan sumber daya minyak tetapi
Sadam menolak dan masih banyak lagi nasib para penguasa yang menolak penerapan
Liberalisme dan Globalisasi di negaranyanya berakhir tragis. Amerika selalu
berteriak tentang Demokrasi negaranya yang paling benar dan selalu ingin
mengahncurkan teroris tetapi ternayat Demokrasi mereka adalah Demokrasi yang
sekarang bisa kita lihat sendiri lewat berbagai tindakan negara Paman Sam ini
dalam pentas dunia dan merekalah teroris yang sebenarnya karena selal berlaku
kejam dan tak mengenal ampun dalam menjalankan kepentingan ekonominya di
negara-negara yang punya potensi sumber daya alam sangat besar.
Sejak Uni Soviet runtuh pada tahun
1990 konstalasi politik duniapun ikut berubah, ideologi Liberalisme Amerika
Serikat dan Inggris mulai mendomanisasi karena pesaingnya komunisme di bawah
nahkoda Uni Soviet telah runtuh. Perubahan inilah yang kemudian membuat Amerika
mengabil peran penting dalam berbagai kebijakan Internasioanl serta proses
penjajah dan pengurasan sumber dayapun berjalan tanpa perlawan. Teori
Kondominium yang menjelaskan bahwa pentas politik dunia akan berbentuk
kondominium yaitu Sebuah bangunan tinggi akan berdiri dan di kelilingi oleh
bangunan sedang dan kecil telah benar-benar terjadi. Amerika di gambarkkan
sebagai Bangunan tertinggi sedangakan negara-negara sekutunya sebagai bangunan
sedang yang menindas dan menyetir bangunan kecil telah benar-benar terjadi saat
ini dan bahkan teroi Samuel Hatington Clash Of Civilizationpun terbukti saat
ini bahwa akibat dari perubahan kontstalasi politik global ternyata memberi
damapak sampai pada lapisan masyarakat. Maka jelaslah sudah bahwa Globalization
dan Liberalisme telah menciptakan lagu Penindasan dengan lirik kemiskinan dan
kesenjangan ekonomi yang begitu merdu dan terbungkus rapi.
Siapapun memang tidak pernah bisa
terhindar dari proses Gloablization dan Liberalisme,semua pasti akan ikut
bermain dalam samudera ini tetapi ada yang harus di pahami bahwa kita semua
berhak hidup di zaman yang sedang terporak-poranda saat ini tetapi jangan
pernah berhenti untuk sebuah Revolusi. Karena, jika revolusi telah mati maka
keadilan dan kedamaianpun ikut mati dan para pencipta lagu penindasan akan
semakin merajalela di tanah Ibu Pertiwi serta semakin membabi buta di tingkatan
Internasional.
Komentar
Posting Komentar